Pada kesempatan ini saya akan menceritakan mengenai Kisah Nabi Harun as yang mendampingi Nabi Musa as.
Nama lengkap kakak kandung Nabi Musa as adalah Nabi Harun bin Imran bin Qahits bin Azir bin Laway bin Yakub bin Ishaq bin Ibrahim. Nabi Harun as lahir ketika Mesir masih dalam keadaan aman dan tentram, sedangkan Nabi Musa as lahir tiga tahun kemudian ketika negeri itu dalam keadaan darurat dibawah rezim Ramses II yang kejam menzalimi rakyatnya.
Nabi Harun as diangkat sebagai Nabi untuk mendampingi Nabi Musa as dalam mengemban tugasnya berdakwah dan membawa bani Israil ke luar dari Mesir yang sangat menderita dizalimi oleh firaun.
(QS: Surah Maryam Ayat 53) "Dan kami telah menganugrahkan kepadanya sebagian rahmat kami, yaitu saudaranya, (Nabi Harun as) menjadi seorang Nabi."
Penunjukan Nabi Harun as sebagai pendamping ialah atas permohonan adik kandungnya, Nabi Musa as kepada Allah SWT, karena Nabi Musa as merasa kurang mampu menghadapi dua tugas berat yang diembannya. Yang pertama, menyampaikan risalah ketauhidan kepada Firaun dan Yang kedua, membebaskan Bani Israil dari penindasan dan perbudakan rezim pemerintahan Mesir terhadap mereka.
Bani Israil sewaktu berada di Mesir bekerja dibawah perbudakan Firaun. Mereka dipekerjakan untuk mendirikan bangunan-bangunan raksasa, diantaranya pembangunan piramida-piramida makam raja-raja dan gedung-gedung perkotaan. Sebagai budak, mereka dipekerjakan dengan kerja paksa dan di luar batas perikemanusiaan.
Karena Nabi Musa as segan terhadap Firaun yang telah memelihara dan mengangkat dirinya sebagai anak angkat, maka beliau merasa akan kurang lancar dalam berbicara dengan seorang raja bengis yang sekaligus juga bapak angkatnya itu.
Oleh karena itu Nabi Musa as berdoa agar Allah SWT mengangkat Nabi Harun as yang lebih petah lidahnya, menjadi utusan Allah SWT untuk mengemban tugas bersama Nabi Musa as.
Lebih-lebih Nabi Musa as yang dibesarkan di dalam kemewahan istana sebagai anak angkat Amenhotep I dan biasa menggunakan bahasa bangsawan "krama inggil", mengira akan mendapat kesulitan dalam berkomunikasi dengan Bani Israil yang menjadi budak di negeri Mesir dan biasa menggunakan bahasa rakyat sehari-hari "ngoko".
Ada Sementara pendapat bahwa ketidakfasihan Nabi Musa as bukannya dalam arti kurang pandai berkomunikasi, tetapi dalam arti yang sebenarnya, sulit bicara karena lidah beliau mengalami kekakuan sejak masih kanak-kanak.
Selain kesulitan berkomunikasi, Nabi Musa as merasakan masih ada dua kendala besar lain yang dapat menghambat tugas risalahnya, yaitu beban psikologis dalam menghadapi ayah angkat Nabi Musa as dan dalam menghadapi rakyatnya (kaum Qibthi) yang memusuhi Nabi Musa as karena dengan tanpa sengaja telah membunuh seorang diantara kaum itu.
Melalui Nabi Harun as yang amat menghayati kehidupan senasib-sepenanggungan bersama kaumnya tentu saja sangat menguasai dialek orang awam, yang biasa dipakai Bani Israil sehingga diharapkan komunikasi bisa mencair dan lebih lancar. Melalui Nabi Harun as pula diharapkan aspirasi kaumnya dapat disampaikan dengan lebih cepat.
Allah SWT mengutus Nabi Musa as dan Nabi Harun as dengan membawa tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan menganugrahkan sembilan mukjizat kepada Nabi Musa as yaitu: 1) tongkat, 2) tangan bercahaya putih, 3) banjir, 4) belalang, 5) kutu, 6) kodok, 7) darah, 8) kekeringan, 9) pembelahan lautan (diuraikan lebih rinci dalam Kisah Nabi Musa as). Selain itu Allah SWT menganugrahkan Kitab Suci untuk Bani Israil.
Demikianlah kisah Nabi Harun as sebagai Pendamping Nabi Musa as dalam mengemban tugas membawa risalah Allah SWT.
Sumber: Buku Kisah Nabi yang digunakan dalam penulisan ini:
- K.R.M.T.H. Murdodiningrat, 2012. Kisah Teladan 25 Nabi Dan Rasul Dalam Al-Quran. Yang Menerbitkan Pustaka Pelajar: Yogyakarta.